Sajak-Sajak Jufri Zaituna
DI DANAU TALAGA
keringat bercampur hujan
di punggung dan tangan berlumpur
masih kuingat sorot matamu
ketika terik matahari menghunjam.
riak danau Talaga yang tenang
tak ada angin seperti di laut sana
namun hembus dari deru hujan
rintik menerjang tubuhku sampai gigil.
lalu kabut putih di bukit hijau
pohon sawit, kelapa, cengkeh,
semak belukar liar
dan pekik elang di ketinggian.
langit tetap menawan
sunyi rupawan
senja mengingatkan perjalanan
hari-hari menjadi tukang kebun
malam-malam memancing ikan.
2022
MENULIS SAJAK DI BENDUNGAN
engkau ingin menulis sajak di bendungan
hanya dengan kopi dan singkong goreng
musik malam mingguan
pada gelap merayap pada penangkis ombak
engkau tertawa terbahak-bahak
membayangkan sajak indah tercipta
dari rindu pulang esok lusa
engkau tak bersuara ketika angin dingin menerpa
berpikir matahari pagi mengapung
cahaya menjaring ikan dari dasar danau
lalu malam hanya akan menjadi lukisan
guratan hitam pada kertas lembab air mata
lengkung langit menaungi gigil rupa
pada tempias jingga mengatupkan rasa
pulang kembali engkau pada semesta
meninggalkan sajak derita bunga
hujan di wajah bulan meninggi
di antara pemukiman warga
berjejal seperti kata-kata tak berguna
2022
DARI SOTA KE BANDARA MUTIARA
tak juga kutemukan nama
selapang dada
memilih keluasan hati
kenyataan melemparkan hidup
pada apa yang tak pernah terpikir
oleh siapa pun dan apa pun
berani hidup seperti engkau
juga aku memilih nama bagi keluasan
jarak dan waktu tak terhitung
mungkin bumi dan langit bukan ukuran
bila dibanding dendang hatiku
pada gerak dan nyanyian
engkau memilih diam
aku seolah bayangan
pada langkah menuju terang
tak bisa kucapai segala keinginan
karena di dalam dadamu
masih tersimpan kemustahilan
membuat langkah ragu
menghampiri perahu sucimu
aku memimpikan engkau
tidur di dadamu penuh kelembutan
wajah dengan senyum manis
kukenang dalam bait persembahan
2022
BERITA SAJAK
sajak bukanlah berita perjalanan
atau hanya icip-icip kulineran
apalagi melukis kenyataan
dengan kata-kata usang
di kanvas air comberan
sajak adalah berita gelap
bagi kekuasaan membusuk
renungan pemberontakan batin
bagi si miskin tertindas
untuk dirasakan lidah zaman
menepuk pantat kelalaian
sajak terus membajak
dada kerontang penuh kerikil
menggulingkan tanah tandus
di dada penguasa culas
2022
Jufri Zaituna lahir di Sumenep, Madura, 15 Juli 1987. Puisi puisinya dimuat di Majalah Sastra Horison, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, Minggu Pagi, Merapi, Seputar Indonesia, Suara Pembaruan, Jurnal Sajak, Suara Merdeka, Radar Madura, Kuntum, Muara, Bakti, Sumut Pos, dan beberapa antologi bersama.
Komentar
Posting Komentar